BIOGRAFI SIMBAH KH ABDULLAH DIMYATHI BENGKAH
Mbah Dimyathi Bengkah terlahir dengan nama Abdullah Dimyathi, beliau adalah putra ke 4 dari Raden Mas KH Sanusi Karanggondang (Grobogan) yang merupakan keturunan dari Kerajaan Demak. beliau lahir sekitar tahun 1862 dan wafat pada hari sabtu wage tanggal 26 september 1943 M atau bertepatan dengan 16 Ramadhan 1631 H. Beliau berasal dari sebuah desa kecil yang bernama Karanggondang yang terletak di sebelah barat desa Brabo. Masa kecil beliau di habiskan untuk belajar mengaji dengan ayahandanya yakni simbah Sanusi.
Pada masa remaja beliau mengembangkan wawasan keilmuannya ke pondok pesantren LANGITAN Tuban Jawa Timur, kembalinya beliau dari menimba ilmu di pesantren beliau langsung menularkan ilmunya yang di dapat beliau sewaktu belajar di pondok LANGITAN tersebut di tanah kelahirannya yakni di desa Karanggondan. Pada saat usia dewasa beliau melaksanakan ibadah haji ke Tanah suci mekah al-mukaromah. Pelaksanaan ibadah haji saat itu dengan menggunakan alat transportasi kapal dan memakan waktu berbulan-bulan serta singgah di beberapa tempat. Pada saat jama’ah haji singgah di Malaysia (orang-orang jawa menyebutnya dengan Singgapur) mbah Dim menikahi wanita setempat dan dikaruniai seorang anak perempuan yang bernama Ngatemi , kemudian anak perempuannya ini menikah dengan penduduk setempat melahirkan dua orang putra yakni Abdul Hamid dan Asror (Selar). Setelah beberapa lama tinggal di malaysia beliau kembali ke tanah air dan menikah dengan Simbah Nyai Shofiyah yang berasal dari Kalikondang Karangtengah. Pada saat menikah, Simbah Nyai Shofiyyah telah dikaruniai seorang putra hasil pernikahan dengan suami terdahulunya, putra beliau bernama Simbah KH Ali Noreh.
HIJRAH MBAH DIMYATHI KE BENGKAH
Setelah Mbah Dimyathi menikah dengan Mbah Shofiyah beliau langsung memboyong nya bersama putra beliau Simbah KH Ali Noreh ke Karanggodang. Pada saat mukim di Karanggondang inilah beliau di ajak oleh sahabatnya yang merupakan warga Asli dusun Bengkah untuk hijrah ke desa tersebut agar menyebarkan dan mengajarkan ilmu agama. Pada masa itu desa bengkah masih berupa hutan belantara dan rumah penduduk masih sangat sedikit, penduduknya pun masih ABANGAN. Mbah Dimyathi mengamini ajakan sahabatnya itu untuk pindah ke desa Bengkah.
AWAL DAKWAH MBAH DIMYATHI DI BENGKAH
Pada awal hijrah beliau ke Bengkah beliau langsung membangun sebuah masjid yang dijadikan beliau sebagai pusat pengajaran tentang ilmu-ilmu keislaman, dan saat itu banyak santri yang datang menimba ilmu kepada beliau. Langkah beliau setelah melihat santri semakin banyak maka beliau mendirikan pondok pesantren. Pondok pesantren tersebut semakin lama semakin ramai dan santrinya pun berasal dari berbagai pelosok daerah.
Mbah Dimyathi adalah seorang yang bersikap Zuhud, Wara’, sederhana dan penuh Tawakkal. Beliau tidak pernah makan nasi akan tetapi beliau RIYADHOH hanya makan kunir semasa hidupnya. Diantara karomah beliau adalah; ada seseorang yang ingin menguji kesaktian beliau, orang tersebut berinisiatif untuk mencuri di rumah Mbah DIM kebetulan yang di curi oleh orang tersebut adalah peralatan dapur seperti piring dan sebagainya, kemudian piring-piring tersebut setelah di kemasi kemudian mau di bawa, pencuri tersebut tidak kuat untuk mengangkatnya lalu pencuri tersebut mengurangi barang akan di curinya itu berkali-kali tapi anehya dia tidak kuat juga mengangkatnya sampai keesokan harinya Mbah Dim memanggil “ SUP....Mrena mangan bareng “ ( SUP.... kesini makan bersama-sama) kemudian si pencuri tersebut di nasehati dengan lemah lembut oleh Mbah Dimyathi.
Mbah Dimyathi adalah seorang Waliyullah yang terkenal dengan MACANnya. Beliau memiliki beberapa MACAN (Harimau) yang digunakan beliau sebagai kendaraan saat bepergian. Banyak cerita-cerita yang mengisahkan tatkala beliau pergi ke demak, Waruk, Ngroto dan ke tempat – tempat lainnya, beliau sering menggunakan MACANnya tersebut. Ada beberapa orang yang mengaku pernah di ajak Mbah Dim untuk menaiki kendaraannya tersebut. Konon ceritanya orang yang naik macan tersebut harus memejamkan mata dan tidak boleh menengok ke belakang. Ada salah seorang yang di boncengkan naik MACAN kemudian dia melanggar ketentuan tadi dengan menengok kebelakang akibatnya orang tersebut jatuh dan tertinggal di daerah tempat dia menengok tadi. Menurut cerita orang yang pernah naik MACANnya Mbah DIM, tatkala naik terasa telinganya terkena Angin ( terdengar suara UWUK, UWUK, UWUK dalam bahasa jawa) dan kakinya terkena pucuk pohon bambu. Dahulu MACAN tersebut acap kali muncul dan menampakkan diri, konon ceritanya ada doa khusus untuk memanggil dan mengusir Macan tersebut. Doa tersebut di ijazahkan kepada putra beliau yakni Simbah KH Dzanuri kemudian doa tersebut oleh Mbah Dzanuri di ijazahkan kepada putra beliau Mbah Yai Juned, akan tetapi yang di ijazahkan adalah doa untuk mengusirnya saja.
Belum ada Komentar untuk " BIOGRAFI SIMBAH KH ABDULLAH DIMYATHI BENGKAH"
Posting Komentar